Siapkan Langkah pre-emptif dan preventif, BNPT Gelar Pelatihan Mitigasi Aksi Teror di Bali
Bali – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar Pelatihan Mitigasi Aksi Terorisme Integratif (K/L/D/I, TNI & Polri) mulai 20 hingga 22 Mei 2025, di Kuta, Badung, Bali.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya strategis untuk memperkuat kesiapsiagaan dan kemampuan operasional aparat dalam menghadapi potensi aksi terorisme, khususnya di Provinsi Bali yang merupakan salah satu kawasan vital nasional dan pusat pariwisata dunia.
Plt. Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT, Brigjen Pol. Wawan Ridwan, S.I.K., S.H., M.H., menegaskan jika kegiatan ini merupakan langkah pre-emptive dan preventive dalam menghadapi potensi ancaman terorisme melalui peningkatan kesiapsiagaan seluruh aparatur negara dari berbagai sektor.
“Untuk itu, upaya pre-emptif dan preventif perlu dipersiapkan. Salah satu upaya yang efektif untuk dilaksanakan adalah dengan peningkatan kesiapsiagaan seluruh aparatur pemerintah, baik Polri, TNI maupun instansi terkait lainnya,” jelasnya.
Menurutnya kesiapsiagaan di Bali harus terus dibangun mengingat Bali memiliki nilai strategis tinggi karena menjadi pilihan wisatawan dan kerap menjadi tuan rumah berbagai event berskala nasional dan internasional.
“Latihan mitigasi aksi terorisme integratif yang kita laksanakan di Bali ini, yang khususnya kami dari BNPT mempunyai kewajiban untuk senantiasa meningkatkan kesiapsiagaan nasional, meningkatkan kemampuan aparat, salah satunya kami melaksanakan kegiatan pelatihan mitigasi aksi terorisme di Bali,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Wawan menatakan Sebagai leading sector dalam penanggulangan terorisme di Indonesia, BNPT memiliki tanggung jawab untuk terus mendorong kesiapsiagaan nasional melalui berbagai program peningkatan kemampuan aparatur. Pelatihan ini menjadi langkah nyata dalam mewujudkan kolaborasi lintas sektor demi menciptakan sistem mitigasi aksi terorisme yang tangguh dan responsif.
Sementara itu, Instruktur Pelatihan, Ipda I Gede Sudiana SH., M.H, menjelaskan bahwa Pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi ancaman kimia, biologi, radioaktif, dan nuklir menjadi sorotan utama dalam pelatihan ini. Kolaborasi antar lembaga yang memiliki standar operasional prosedur (SOP) berbeda perlu dibangun guna menciptakan kesamaan persepsi dan respons cepat saat terjadi insiden.
”Hal ini menjadi sebuah tindak lanjut yang baik. Diharapkan, ketika ada insiden yang berhubungan dengan kimia, biologi, serta radioaktif dan nuklir, masing-masing stakeholder sudah mengetahui peran dan fungsinya,” jelasnya.
Kegiatan ini diikuti oleh 60 peserta dari berbagai instansi, termasuk Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Bali, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, BPBD Bali, Brimob, Biddokkes Polda Bali, Bidlabfor, Bagops Resta Denpasar, Roops Polda Bali, Ditreskrimum, Ditbinmas, Ditsamapta, Ka Intel Lanud Rai, Ba Intelijen Urpamtubuh Lanud Rai, TNI AD Kodam IX/Udayana, dan Lanal Denpasar.