Berita Terbaru

Pembentukan National Resilience dari Level Terkecil Jadi Salah Satu Fokus RAN PE Periode ke-2

Pembentukan National Resilience dari Level Terkecil Jadi Salah Satu Fokus RAN PE Periode ke-2


Depok - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) melalui Sekretariat Bersama (Sekber) Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) menjadikan pembentukan national resilience dari level terkecil yakni komunitas dan keluarga sebagai salah satu fokus RAN PE periode ke-2 mendatang. 

"Pembentukan national resilience dalam level terkecil yakni komunitas dan keluarga menjadi salah satu tema yang akan kita laksanakan di RAN PE periode ke-2 ini, saya harap kolaborasi K/L dan OMS dalam memberikan masukan konstruktif dapat memberikan gambaran jelas mengenai aksi yang akan kita lakukan tahun 2025 - 2029," jelas Ketua Pokja Pilar I RAN PE sekaligus Direktur Perlindungan BNPT RI Brigjen Pol Drs. Imam Margono dalam Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) Tematik Perpres RAN PE Tahun 2025 - 2029 Tema : Ketahanan Komunitas dan Keluarga di Jakarta, pada Kamis (18/7). 

Imam turut menjelaskan urgensi pengangkatan tema tersebut berdasarkan pemikiran dimana komunitas dan keluarga dalam membentengi anggotanya dari ideologi kekerasan memiliki peran sentral. 

"Pengangkatan tema tersebut berdasarkan pada pemikiran bahwa keluarga dan komunitas memiliki peran sentral dalam membentengi anggotanya masing-masing terhadap ancaman ekstremisme kekerasan. Maka, keluarga dan komunitas harus terus menerus diperkuat daya tangkalnya," tambahnya.

Salah satu contoh program ketahanan komunitas di kalangan anak muda yang telah berjalan selama ini adalah Sekolah Damai.

"Sekolah Damai ini menyasar Sekolah Menengah Atas / Kejuruan, agar budaya toleransi berkembang di sekolah. Program ini model jangka panjang dalam memperkuat ketahanan masyarakat terhadap paparan intoleransi," jelas Plh. Direktur Eksekutif Wahid Foundation Siti Kholisoh.

Lebih lanjut, dirinya mengatakan perlunya mengobservasi kebutuhan komunitas sebelum melakukan rencana aksi.

"Kita perlu menggalih dan mengobservasi kebutuhan fundamental yang komunitas butuhkan,  karena setiap komunitas beda kebutuhan. Kontekstualisasi intervensi ini dapat berupa hasil kajian, hasil riset dari intervensi aksi yang kita butuhkan," tambahnya.

Adapun K/L dan OMS yang berpartisipasi dalam kegiatan ini diantaranya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), AMAN Indonesia, hingga Peace Generation Indonesia.
 

Jul 18, 2024

Authoradmin