Literasi Digital dan Semangat Pancasila Cara Ampuh Lindungi Masyarakat dari Pengaruh Propaganda Radikalisme dan Terorisme
Jakarta - Deras arus informasi dan komunikasi di era digital menyebabkan propaganda radikalisme di dunia maya tidak dapat dibendung. Hal ini perlu diantisipasi mengingat pemakaian internet meningkat di masa pandemi. Akibat radikalisasi secara daring ini lahir aktor tunggal atau lone-wolf dalam aksi terorisme.
Dalam dialog kebangsaan bertajuk Obrolan Merah Putih pada hari Selasa (30/11), Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen. Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H., mengatakan pentingnya meningkatkan kemampuan literasi digital dalam menghadapi narasi kebencian dan berita bohong (hoaks) yang mengarah pada radikalisme terorisme.
"Kita harus waspada terhadap konten di dunia maya tapi kita juga harus mempromosikan penggunaan sosial media dengan baik, literasi digital sangat penting bagi pengguna sosial," kata Boy Rafli.
Lebih lanjut, Ia mengajak pengguna media sosial yang didominasi oleh generasi muda untuk menyebarluaskan narasi atau konten positif yang mampu membangunkan semangat persatuan, perdamaian dan toleransi.
"Kita harus menyebarkan konten semangat bertoleransi di kalangan anak muda, semangat gotong royong yang sesuai jati diri bangsa kita, sehingga narasi yang negatif dapat dikalahkan," lanjutnya.
Di saat yang sama, Direktur Klinik Pancasila, Dr. Dody Susanto, mengingatkan pentingnya Pancasila sebagai perekat masyarakat Indonesia yang majemuk.
"Maka konsep yang harus kita kembangkan adalah kita harus merayakan perbedaan dengan sukacita," tutupnya.
Dengan semangat persatuan dalam sila ke tiga dan pengamalan sila-sila lain di dalamnya, masyarakat dapat hidup berdampingan tanpa harus merasa superior atau inferior di Tanah Air.