Kunjungan kerja Deputi Bidang Kerjasama Internasional ke Markas Besar PBB Tuai Pujian, Amerika: "Indonesia Layak Menjadi Role Model"
New York - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Kedeputian Kerjasama Internasional mewakili Pemerintah Indonesia, melakukan kunjungan kerja ke Markas Besar PBB New York dalam rangka menyampaikan brief di hadapan Counter-Terrorism Committee (CTC) Dewan Keamanan PBB yang dipimpin oleh H.E. Mr. T.S. Trimurti selaku Chair CTC, tentang upaya Indonesia dalam penanggulangan terorisme (17/02).
Kegiatan ini merupakan mandat Resolusi DK 2395 (2017) dan Resolusi DK 2617 (2021), dalam hal ini Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan langkah-langkah yang telah ditempuh sebagai tindak lanjut atas rekomendasi hasil kunjungan Counter Terrorism Executive Directorate (CTED) ke Indonesia pada 15 – 17 Juli 2019 lalu, dan membahas kebutuhan-kebutuhan terkait kerja sama teknik dan pengembangan kapasitas lebih lanjut di bidang penanggulangan terorisme.
Mengawali sambutannya, Deputi Kerjasama Internasional, Andhika Chrisnayudhanto menerangkan mengenai perubahan lanskap terorisme Indonesia serta penurunan jumlah aksi terorisme di Indonesia sepanjang 2021 yang berbanding terbalik dengan penangkapan tersangka teroris.
“Secara umum, aksi terorisme sepanjang tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 53,8% dibandingkan tahun 2020. Pada tahun 2021, Indonesia hanya menyaksikan dua serangan yang mendapat perhatian media, yakni pengeboman di depan gereja katedral di Makassar, oleh pasangan muda (Maret 2021) dan serangan serigala yang dilakukan oleh wanita muda di Mabes Polri Jakarta. Namun, perlu dicatat bahwa jumlah penangkapan tersangka teroris meningkat pada tahun 2021. Detasemen 88 Polri, telah menangkap sekitar 370 tersangka. Banyak dari tersangka ditangkap karena tindakan persiapan, penghasutan, perekrutan, dukungan dan pembiayaan,” katanya.
Selain itu, Andhika menyampaikan hasil survei yang dilakukan oleh FKPT dan BNPT pada tahun 2020, menyimpulkan bahwa perempuan muda menghadapi risiko radikalisasi online yang lebih besar daripada rekan-rekan laki-laki mereka.
“Perempuan muda menghadapi risiko radikalisasi online yang lebih besar daripada rekan-rekan laki-laki mereka. Dampak (radikalisasi online) selama masa pandemi, cukup tinggi terutama di kalangan generasi Z, milenial, dan kaum muda perkotaan. Oleh karena itu, Indonesia menjadi saksi bahwa rekrutmen masih terfokus pada kaum muda," jelasnya.
Dalam forum ini, ia juga memaparkan trend dan dinamika terorisme yang dihadapi Indonesia.
“Tren dan dinamika terorisme yang dihadapi Indonesia dan kawasan utamanya adalah bom bunuh diri masih menjadi modus utama yang digunakan oleh teroris; peningkatan keterlibatan perempuan dalam aktivitas terorisme; serta online self-radicalization," ujarnya.
Mantan Direktur Regional dan Multilateral ini juga memaparkan sejumlah langkah konkret yang dilakukan Indonesia beberapa tahun belakangan dalam menghadapi trend dan dinamika terorisme, diantaranya: penguatan kerangka legislasi nasional, penguatan pengamanan objek vital, pengawasan perbatasan, pelindungan HAM bagi aparat penegak hukum hingga memperkuat kerja sama dengan berbagai Badan PBB di tingkat nasional maupun regional, melalui berbagai program preventing and countering violent extremism (P/CVE).
Dalam forum yang sama, pemerintah Indonesia banyak menuai apresiasi dan pujian dari Chair CTC. Mereka mengapresiasi Indonesia, di tengah isu keberagaman namun mampu mengembangkan dan memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak. Bahkan Chair CTC menyebut transparansi yang dilakukan Pemerintah RI dapat menjadi contoh/model bagi negara lain dalam pelaksanaan bidang penanggulangan terorisme.
"Saya berterima kasih serta mengapresiasi kemajuan yang dicapai Indonesia, terlebih dalam isu keberagaman, Pemerintah Indonesia sangat berhasil dalam membuat inovasi penanggulangan terorisme, bahkan transparansinya dapat menjadi role model bagi negara lain," kata Chair CTC.
Undangan bagi Indonesia pada Closed Meeting CTC ini merupakan bentuk pengakuan PBB atas kemajuan yang menjadi capaian penting Indonesia dalam bidang penanggulangan terorisme selama beberapa tahun terakhir, baik di lingkup nasional, regional maupun global.
Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan yang dibuka pada tanggal 14 Februari dan ditutup dengan acara Trilateral pada 18 Februari 2022. Hadir sebagai Delegasi Indonesia dari BNPT, antara lain Deputi Bidang Kerjasama Internasional, Andhika Chrisnayudhanto, Direktur Regional dan Multilateral, M. Zaim, Analis Kebijakan Muda, Danny Dwi Wulandari.