Kepala BNPT: Peran Media Sangat Besar Cegah Masyarakat Terprovokasi Propaganda Jaringan Teroris
Kendari - Dalam mengisi Peringatan Hari Pers Nasional, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berkolaborasi dengan Radio Republik Indonesia (RRI) mengadakan dialog interaktif mengusung tema "Peran Media Dalam Memberantas Radikalisme dan Terorisme" di RRI Kendari, pada hari Selasa (8/2).
Turut hadir sebagai narasumber Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H secara daring, Direktur Utama RRI, I Hendrasmo dan Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Dewan Pers, M. Agung Dharmajaya.
Boy Rafli menjelaskan dengan semangat Pentahelix, BNPT terus bersinergi dengan media massa dan entitas media sosial dalam menginformasikan pemberitaan tentang pencegahan dan penanggulangan radikalisme-terorisme. BNPT juga turut mengedukasi masyarakat secara berkelanjutan untuk mereduksi pengaruh narasi-narasi yang diciptakan kelompok radikal.
"Dalam kontra radikalisasi, dalam kontra narasi khususnya untuk konten-konten yang dapat mengklarifikasi, menetralkan propaganda jaringan teroris, kami pun tentu membutuhkan dukungan media massa," ujar Kepala BNPT.
Sejatinya kelompok jaringan teroris menginginkan narasi pemberitaan dari media massa maupun media sosial yang dapat menyebarkan propaganda mereka hingga menimbulkan rasa takut yang meluas di tengah masyarakat. Melihat ancaman bahaya tersebut BNPT terus berupaya menyampaikan pesan-pesan damai melalui media massa dan media sosial agar masyarakat tidak mudah terpedaya.
“Karena dengan menggunakan media maka pesan-pesan BNPT atas nama negara bisa sampai kepada masyarakat luas sehingga masyarakat tidak begitu saja percaya ajakan kelompok jaringan teroris untuk melakukan aksi kekerasan yang menurut mereka dibenarkan dalam pencapaian tujuan," katanya.
Sejalan dengan apa yang disampaikan Boy, Direktur Utama RRI, Hendrasmo mengatakan bahwa penyajian informasi dalam rangka edukasi masyarakat mengenai bahaya radikal-terorisme harus sesuai fakta dan membutuhkan sinergi bersama seluruh elemen. Hendrasmo menambahkan, kehadiran RRI dapat membantu memberikan informasi dan edukasi dengan kontra narasi.
"Sejauh ini RRI banyak menyiarkan program-program yang membangun rasa patriotisme dan nasionalisme kita, menunjukkan bahwa RRI adalah satu-satunya radio yang mengedepankan tujuan negara. Dengan jangkauan RRI di seluruh Indonesia, diharapkan mampu berperan aktif memberikan edukasi yang baik," jelas Dirut RRI.
Sementara itu, anggota Dewan Pers sekaligus Ketua Komisi Hukum dan Perundang-undangan Dewan Pers Periode 2019-2022, M. Agung Dharmajaya menyebutkan persoalan terorisme adalah persoalan seluruh elemen bangsa dimana media harus mengambil peran dalam memberantasnya. Media tidak boleh memberikan ruang kepada kelompok radikal terorisme dalam melancarkan aksi propaganda. Para jurnalis harus memahami terlebih dahulu fungsi dari media dalam memberikan informasi dan tidak berada dalam posisi yang menyajikan narasi provokasi.
“Kembali kepada peran media adalah memberikan informasi dan juga edukasi, yang harus dipikirkan adalah impact yang menjadi penting karena ketika kita menuliskan sesuatu apalagi persoalan teroris, adakah dampaknya itu perlu dipertimbangkan," ujarnya.
Acara dialog interaktif ini diselenggarakan secara daring maupun luring dengan mengundang perwakilan dari mahasiswa STMIK Catur Sakti Kendari dan Universitas Halu Oleo Jurusan Jurnalistik serta Jurusan Ilmu Budaya. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan penandatangan MOU yang akan dilaksanakan antara BNPT dan Dewan Pers bertepatan dengan puncak HPN pada Rabu (9/2).