Kepala BNPT Dorong Peran Perempuan Jadi Promotor Pencegahan Radikalisme Terorisme
Banjarmasin - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H., mendorong peran perempuan dalam pencegahan terorisme sebagai merespon maraknya aksi terorisme yang dilakukan kaum perempuan beberapa waktu terakhir.
Peran perempuan dalam terorisme telah mengalami transformasi. Boy Rafli menjelaskan perempuan kini tidak hanya berperan sebagai pendukung (followers) tetapi aktor utama dalam terorisme, mulai dari perekrutan hingga eksekutor. Menurutnya, perempuan merupakan kelompok rentan yang menjadi korban propaganda radikal terorisme. Terlebih, saat ini propaganda tersebut dengan mudah ditransmisi melalui ruang digital yang berpotensi melahirkan aktir tunggal atau lone-wolf dalam aksi terorisme.
Hasil survei yang dilakukan oleh BNPT tahun 2020 pun menunjukkan indeks potensi radikalisme cenderung lebih tinggi di kalangan perempuan, urban, generasi Z dan milenial, serta mereka yang aktif di internet dan media sosial.
"Episentrum terorisme bergeser ke kaum hawa untuk jadi pelaku bom bunuh diri, agen informasi dan logistik untuk mendukung kegiatan terorisme. Keterlibatan perempuan dan anak ini menjadikan mereka korban," jelasnya dalam kegiatan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Selatan Bidang Perempuan dan Anak “Perempuan Teladan, Optimis dan Produktif (TOP) Viralkan Perdamaian Dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme” bertempat di Hotel Rattan Inn Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Selasa (22/3).
Dihadapan anggota organisasi perempuan di Kalimantan Barat, Boy Rafli mendorong agar perempuan menjadi garda terdepan dalam mencegah radikalisme dan terorisme di lingkungan keluarga. Ia berharap perempuan dengan segala potensinya dapat memberi teladan dan mengajarkan arti toleransi, serta menjadi promoter perdamaian di lingkungan keluarga dan masyarakat.
"Perempuan pemegang peran strategis simbol ketahanan keluarga, kita harus bersama-sama berkolaborasi mengingatkan waspada terhadap radikalisme yang eksklusif," tutupnya.