FKPT Kalimantan Selatan Gelar Dialog Daring, Waspadai Mewabahnya Virus Radikalisme di Tengah Pandemi
Bogor - Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H., menjadi pembicara kunci pada dialog daring yang diselenggarakan oleh Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme Kalimantan Selatan pada Selasa (16/06) siang. Dengan topik diskusi ‘Menakar Daya Tangkal Masyarakat Terhadap Bahaya Radikalisme dan Terorisme di Era Pandemi COVID-19’, acara ini juga dihadiri oleh beberapa narasumber dan tokoh terkait diantaranya Gubernur Kalimantan Selatan, Bupati Hulu Sungai Selatan, Wakil Ketua MUI Provinsi Kalimantan Selatan, Kabinda Kalsel, Dirkrimum Polda Kalsel, Rektor ULM Banjarmasin, Rektor UIN Antasari Banjarmasin, jajaran Forkopimda, serta segenap Pengurus FKPT seantero Kalimantan. Sebagai kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh FKPT Kalimantan Selatan, turut hadir dalam dialog Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis dan jajaran pejabat BNPT terkait. Sementara itu dialog juga diikuti oleh 60 peserta yang terdiri dari pemerintah daerah setempat, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh perempuan dan akademisi.
Ketua FKPT Kalsel, Drs. Aliansyah Mahadi, MAP., mengungkapkan bahwa kegiatan ini dibuat untuk meningkatkan kewaspadaan segala elemen masyarakat di Kalimantan Selatan atas ancaman radikalisme dan terorisme, terlebih pascatragedi penyerangan terduga teroris di Mapolsek Daha Selatan, Kalimantan Selatan di awal Juni lalu. Tentunya masyarakat Kalimantan Selatan cukup terkejut dan tidak menyangka kejadian tersebut dapat terjadi di daerah yang cukup damai dan penuh kebersamaan dimana pemerintah dan aparat keamanan sedang terfokus pada kegiatan penanggulangan Covid-19. Dialog ini dapat mendorong untuk lebih meningkatkan early warning system masyarakat unutk mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terjadi kedepannya.
Gubernur Kalimantan Selatan, H. Sahbirin Noor, S.Sos., M.H., membuka acara dengan menyampaikan bahwa terorisme menjadi masalah bersama sehingga masyarakat juga dituntut ikut andil memeranginya. Tumbuh suburnya terorisme, lanjutnya, tergantung dari bagaimana kita memiliki daya tangkal untuk mencegah paham radikal terorisme agar tidak mempengaruhi keluarga dan generasi muda penerus bangsa.
“Terorisme adalah masalah kita bersama, bukan hanya segelintir kelompok tertentu. Bukan hanya tanggungjawab pemerintah untuk memberantas. Keresahan saat ini adalah kita berada di era pandemi yang berampak kepada aspek kehidupan kita. Jangan sampai disaat kita fokus mengurusi pandemi, terorisme justru berkembang dan memanfaatkan aksi teror. Sudah seharusnya kita bahu membahu dari elemen yang terkecil yaitu diri kita sendiri lalu keluarga, masyarakat sekitar, pemda dan institusi pendidikan, bersama menyadari bahayanya radikalisme dan terorisme,” ungkap Gubernur Kalimantan Selatan.
Mengawali sesi dialog, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H., mengungkapkan apresiasi bahwa meski kondisi di tengah pandemi, para peserta menyesuaikan diri tetap berakfitas, mempererat silaturrahmi, berbagi empati dan kepedulian yang pada gilirannya akan memperkuat solidaritas kebangsaan. Aktifitas yang produktif di tengah pandemi ini merupakan manifestasi dari arahan Presiden RI untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru atau populer dengan istilah “New Normal”.
Dalam pidato kuncinya, Kepala BNPT menjelaskan bahwa meskipun di tengah pandemi, kelompok teroris masih saja gencar melaksanakan aksinya untuk menyebarluaskan paham radikal terorisme. Maraknya serangan teroris, bahkan semasa wabah COVID-19 ini, memberikan sinyal kepada kita semua bahwa ancaman terorisme masih nyata di sekitar kita. Dijelaskan bahwa ‘spread of radicalisation’ berlangsung terus menerus selama 24 jam di dunia maya. Kelompok radikal teroris memandang situasi pandemi ini sebagai peluang persiapan perang, nantinya akan erat berkaitan dengan upaya propaganda daring, perekrutan, dan penggalangan dana berkedok amal dan sebagainya.
“Kami meyakini bahwa aksi terorisme adalah fenomena di hilir. Adapun hulunya adalah kebencian, intoleransi, dan radikalisme. Oleh karena itu, kami selalu menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan tokoh masyarakat, untuk terus mendengungkan narasi damai, cinta tanah air dan sesama, serta wawasan kebangsaan. Seperti yang diungkapkan oleh Ulama Pendiri NU, KH Muhammad Hasyim Asy’ari, ‘Cinta tanah air adalah bagian dari iman’,” ungkap Kepala BNPT.
Menutup paparannya, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H., menilai bahwa pendekatan komprehensif atau multi-approach dibutuhkan untuk menanggulangi ancaman radikalisme dan terorisme, tidak semata-mata jalan keluarnya dengan penegakan hukum semata. Dialog ini bisa menjadi dorongan untuk memperluas jangkauan penyebarluasan narasi perdamaian karena keikutsertaan peserta yang berasal dari berbagai latar belakang.
“Kegiatan ini, selain bersilaturahmi, kami harapkan menghasilkan sumbangan pemikiran yang dapat memberikan masukan kepada kita semua untuk mengalahkan dua virus sekaligus yaitu COVID-19 dan Radikalisme. Dialog ini bisa menjadi titik tolak untuk meningkatkan kewaspadaan di tengah masyarakat, karena tokoh masyarakat yang hadir dalam diskusi ini dari segala lapisan masyarakat lintas agama, generasi, dan profesi,” tutup Kepala BNPT.