Diserang Teroris Separatis dan Ideologis, Papua Harus Menjadi Perhatian Serius BNPT
Jakarta - Aksi terorisme kembali terjadi di Bumi Cenderawasih, Papua. Tak hanya Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) saja, sejumlah pelaku yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) ikut melakukan aksi teror di Merauke, Provinsi Papua.
Sasaran pelaku teror tersebut adalah pemboman Gereja Katedral dengan target utama tokoh agama Merauke yaitu Uskup Monsignor Petrus Canisius Mandagi. Uskup Mandagi menjadi target sasaran pembunuhan sebanyak dua kali. Pertama terjadi di bulan Januari 2021 dan yang terbaru pada akhir Mei 2021. Untungnya, para pelaku teror tidak berhasil melakukan aksi biadab mereka karena bom tidak berhasil meledak di Gereja Katedral dan mereka ditangkap terlebih dahulu oleh Densus 88 Anti Teror sebelum melakukan aksinya.
"Saya tidak takut. Kalau saya takut, nanti masyarakat takut artinya teroris berhasil. Saya imbau para teroris untuk bertobat. Kamu (teroris) bikin rusak NKRI. Khususnya tanah Papua. Jangan jangan jangan!" kata Uskup Mandagi saat diwawancarai Kompas TV beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Juru Bicara Badan Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol Eddy Hartono menyebut, peristiwa terorisme yang dilakukan KKB dan kini ditambah lagi oleh sel-sel terorisme JAD menjadi motivasi dan dorongan penuh perlunya langkah sinergisitas dalam penanggulangan terorisme di Papua. Menurutnya, langkah awal sinergisitas penanggulangan terorisme di Papua adalah melakukan pencegahan seperti dengan membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang tentunya beranggotakan masyarakat Papua.
"JAD ini organisasi terorisme lewat keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Tahun 2018. Pemimpinnya sudah masuk sel dan divonis hukuman mati. Tapi JAD ini sel-sel nya bisa bekerja struktural bisa unstruktural nah mereka ini yang lewat medsos menyebarkan propaganda ajakan radikalisme dan terorisme. Ini yang harus kita cegah. Nanti akan kita bentuk FKPT untuk daerah Papua dan Papua Barat melibatkan masyarakat Papua tentunya," jelasnya.
Di sisi yang sama, Jenderal Eddy mewakili BNPT mengapresiasi Densus 88, Polda Papua, Polres Merauke dan seluruh masyarakat Merauke yang mampu bekerjasama dalam mencegah aksi teror Gereja Katedral Merauke dengan target Uskup Mandagi. Menurutnya, kewaspadaan lingkungan dapat menjadi pintu awal pencegahan aksi radikalisme dan terorisme.
"Ada salah satu terduga pelaku yang ingin membom Gereja Katedral ini ditolak untuk tidur-tiduran oleh pengurus Musallah Al-Ikhlas Merauke. Pengurus Musallah curiga karena orang tersebut tidak punya identitas, tidak punya tempat tinggal dan tidak punya pekerjaan. Kemudian dilaporkan oleh pengurus Musallah. Ini bagus, namanya ada kewaspadaan lingkungan dari masyarakat," ungkap Eddy.
Sementara itu, Pengamat Terorisme Universitas Indonesia, Ridwan Habib menilai para pelaku terorisme di Merauke yang diduga berafiliasi dengan JAD harus menjadi perhatian penting dan serius semua pihak terutama BNPT. Ia menilai, aksi teror yang dilakukan di Merauke sebagai bentuk pencarian sasaran konflik baru dan keinginan untuk menyatakan bahwa jaringan meraka masih eksis.
"Harus jadi perhatian yang serius. Indonesia adalah dari Sabang hingga Merauke. Nah kalau mereka berhasil lakukan aksi di Merauke ini sangat berbahaya. Apalagi sebenarnya mereka ini sedang survival setelah Densus 88 berhasil mengobrak-abrik sel-sel meraka tapi mereka memanfaatkan fokus penegak hukum yang juga sedang berusaha menyelesaikan aksi terorisme KKB. Jangan sampai kecolongan," katanya.
Ridwan Habib menambahkan dengan adanya kelompok terorisme berbasis ideologi dan separatis (KKB) yang menebar teror di Papua, sudah sewajarnya BNPT bekerja lebih di sana. Termasuk dukungan pencegahan dengan membentuk FKPT.
"Pencegahan itu jauh lebih baik. Dari pada kebobolan dengan serangan terorisme yang sudah terjadi," katanya.