Di Hadapan Umat Konghucu, Kepala BNPT Tekankan Pentingnya Pengarusutamaan Toleransi dan Moderasi Beragama
Jakarta - Menciptakan Indonesia yang damai, aman, dan sejahtera merupakan tugas rakyat Indonesia, meski ditengah banyaknya perbedaan suku, agama, ras, dan budaya. Merawat toleransi beragama menjadi salah satu kunci untuk mencapai visi misi tersebut, terutama dalam menangkal paham intoleransi, radikalisme, dan terorisme, dengan cara memperkuat moderasi antar umat beragama.
Pada Seminar Nasional dengan tema "Menangkal Intoleransi, Radikalisme, dan Terorisme, dengan Memperkuat Moderasi Beragama", di Jakarta pada (13/11) Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi Dr. Boy Rafli Amar, M.H., berpesan agar seluruh warga negara Indonesia bersyukur memiliki Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika. Kedua konsensius negara ini merupakan landasan bagi masyarakat Indonesia bisa menghargai perbedaan agama, dan hidup berdampingan.
"Kita sebagai warga negara Indonesia patut bersyukur dengan kerukunan yang kita rawat hingga kini, tugas kita dengan memperkuat moderasi beragama untuk menangkal paham radikalisme dan terorisme, meski tidak sedikit masyarakat yang memiliki ideologi bertentangan dengan Pancasila, hingga pergi berjihad ke Suriah," ungkapnya.
Acara yang diselenggarakan oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN), diadakan secara offline dan online dengan 1000 peserta. Dalam forum ini, Kepala BNPT menekankan paham radikalisme terorisme muncul karena ideologi, dan ketidakadilan dalam berbagai bidang dan bentuk. Oleh karena itu, faktor agama bukanlah pemicu utama tumbuhnya radikalisme dan budaya kekerasan.
"Keberagaman agama di Indonesia sering dimanfaatkan oleh kelompok radikal untuk menguatkan pemahaman mereka, kita tidak boleh terkecoh. Indonesia negeri yang harmonis, kita harus rawat itu, bahu membahu menjaga toleransi antar beragama," ucapnya.
Kekhawatiran juga muncul seiring dengan pola rekrutment kelompok terorisme di dunia maya. Indonesia didominasi oleh Gen Z dan Milenial. Kecanggihan teknologi nyatanya dikhawatirkan menjadi media rekruitmen yang dilakukan oleh kelompok radikal.
"Di dunia maya hari ini ada 202 juta lebih penduduk Indonesia menggunakan internet, 50% nya generasi milenial. Kita sebagai orang tua perlu pengawasan ekstra agar anak kita mempelajari ilmu agama yang benar, jangan sampai anak muda kita terkecoh," ucap Boy.
Di akhir paparannya Kepala BNPT menjelaskan ada empat hal yang menjadi esensi dalam moderasi beragama. Pertama, cara pandang, pengenalan esensi agama, berprinsip keadilan dan keseimbangan, serta taat pada konstitusi. Dari 4 esensi tersebut, diharapkan masyarakat bisa hidup memahami keberagaman agama dan suku di Indonesia.
"Sebagai masyarakat, kita harus menjalankan kehidupan dengan nilai-nilai Pancasila, sebagai seorang beragama kita memegang teguh moderasi beragama antar umat. Beragama adalah bernegara," tutup Kepala BNPT.
Sementara itu, anggota Dewan Rohaniwan MATAKIN, Chandra setiawan Ph.D berterima kasih kepada Kepala BNPT yang sudah berkenan berbagi pengetahuan kepada umat Konghucu akan pentingnya menguatkan moderasi beragama untuk menangkal paham radikalisme.
"Pentingnya materi yang disampaikan Pak Boy sangat bermanfaat untuk kami, beliau menyampaikan dalam menyatukan nusantara bukan hanya milik agama tertentu, tapi seluruh agama. Berkumpul nya kita di ruangan ini merupakan Ini kebesaran Tuhan yang menjaga konstitusi negara kita," katanya.
Dalam upaya pencegahan BNPT melakukan langkah-langkah dengan Kesiapsiagaan Nasional, Kontra Radikalisasi, dan Deradikalisasi. Upaya kontra radikalisasi mengajak semua stakeholder guna memerangi radikalisme melalui kontra narasi.